Paradok Cinta

 

Engkau katakan suci
Di tengah serbuan benci.
Aku bilang merah
Engkau katakan darah
Aku bilang kemarin
Engkau katakan hari ini ingkar.

Dunia manusia memang aneh
Yang satu menangis
Yang lain tertawa
Seorang sedang berduka
Lain orang mabuk berpesta.

Kulihat bintang tak indah berkedip
Di langit penuh polusi debu
Angin tak mampu menyibak
Dan pandangku tak mampu menembus
Tebalnya kabut debu di udara yang tebal.

Bila langit ada di hati manusia
Dan bintang-bintang itu nurani sahaja
Adakah mata yang mampu mengerti
Dalamnya gerak batinnya ?

Bila langit adalah wajah kita
Dan bintang-bintang adalah harapan cita
Adakah makhluk yang mengenal cinta
Yang harus dihidupi dalam luka ?

Aku harus bilang apa
Bila dunia terus mendera
Hingga ke ujung Golgota ?

Ah, paradoks cinta.

Cinta itu wajah kita yang terluka.

Cinta itu sepiring nasi dalam gubug yang sama.

Cinta itu curam dalam di ketinggiannya.

Cinta itu sederhana ketika orang masuk di dalamnya.

Cinta itu gamblang dalam kerumitan perasaannya.

Cinta itu merangkul untuk melepaskannya dengan merdeka.

Cinta itu mengikatkan diri untuk bebas terbang ke angkasa.

Cinta itu, betapa pun kecilnya, tak pernah sia-sia.

Cinta itu betapa pun tersembunyinya, nyata dalam perbuatannya.

Cinta itu betapa pun heboh perayaannya mengandung susah derita.

Jadi, rayakan saja apa adanya.

Selamat Hari Kasih Sayang!

 

-eMYe-

(ditulis oleh eMYe)

Masih suka belajar menulis;

masih juga suka ambil foto & video pakai HP jelek.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.