Peresmian “Sasana Kabudayan Katresnan Adi”, Gemuh Singkalan

Umat lingkungan St. Agustinus Gemuh Singkalan terlihat sangat bahagia dengan diresmikannya “Sasana Kabudayan Katresnan Adi” pada hari Jumat tanggal 31 Agustus 2018 lalu. Setelah lama umat dan masyarakat mendambakan sebuah gedung pertemuan yang bisa mereka pakai bersama. Akhirnya kerinduan umat dan masyarakat terjawab setelah mendapat dukungan dari Romo Paroki. Bangunan ini nantinya dapat dijadikan sebagai sarana pemersatu umat dan masyarakat Gemuh Singkalan. Bangunan yang dinamakan “Sasana Kabudayan Katresnan Adi” ini bisa dipergunakan oleh umat dan masyarakat, dengan tanggungjawab untuk merawat bersama.

Semangat kebersamaan bahkan sudah bisa dilihat sejak masa persiapan dan pembangunan. Umat dengan semangat mengumpulkan material batu untuk membuat pondasi bangunan. Tidak sedikit batu yang dibutuhkan, tetapi dengan semangat yang tinggi, dengan mudah batu-batu tersebut berpindah dari ladang dan sungai menuju ke  kompleks Kapel. Tidak berhenti di situ, dalam masa pembangunan baik umat maupun masyarakat juga dengan setia bergotongroyong membantu para tukang. Akhirnya kebahagiaan karena sudah memiliki sebuah gedung pertemuan yang mereka nantikan sejak lama tersebut diwujudkan dengan bersyukur. Rasa syukur itu diawali dengan mengadakan Perayaan Ekaristi. Selain Perayaan Ekaristi, umat ingin bersyukur bersama masyarakat dengan mengadakan pertunjukan seni kuda lumping serta drumband dari SMPK Argokiloso Sukorejo. Masyarakat terlihat sangat berantusias, berita akan diadakannya peresmian sudah tersebar di masyarakat jauh-jauh hari.

Peresmian “Sasana Kabudayan Katresnan Adi” ini dihadiri oleh umat Gemuh dan sekitarnya, Dewan Paroki, para donatur, tokoh masyarakat, tokoh agama, karang taruna, serta Kepala Desa Sidodadi.

Sasana Kabudayan Katresnan Adi

“Sasana Kabudayan Katresnan Adi” merupakan sebuah pendopo kecil, berukuran 7×7 m2, dengan model pendopo Jawa modern, dengan mayoritas material dari kayu. Pendopo ini berada di samping Bangunan Kapel St. Agustinus Gemuh Singkalan. Pemilihan bentuk dan material tetap memperhatikan lingkungan sekitar, sehingga bangunan masih bisa menyatu dengan lingkungan, tidak terlihat asing, dan mengangkat kearifan lokal di Gemuh Singkalan. Beberapa material merupakan material lokal setempat, yang di dapatkan dengan gotong royong umat beserta masyarakat.

Bukan sekedar bangunan, “Sasana Kabudayan Katresnan Adi” memiliki misi untuk mempersatukan umat dan masyarakat. Memberikan wadah bagi umat dan masyarakat untuk berkumpul dan menjadi satu keluarga. Bahkan sejak awal bangunan ini sudah bisa mewujudnyatakan kasih diantara umat dan masyarakat.

Dalam khotbahnya, Rm. Paulus Agung Wijayanto, SJ, mengingatkan bahwa kehidupan ini adalah peristiwa kasih, demikian halnya dengan keberadaan Kapel serta lingkungan St. Agustinus Gemuh Singkalan. Lingkungan ini ada karena kasih dan pengorbanan dari Bpk. Agustinus Sukardi selaku orang pertama yang memperkenalkan agama Katolik di Gemuh. Peristiwa kasih tersebut bisa dirasakan oleh warga Gemuh dan disambut dengan adanya umat (Bpk. Kogi) yang mau memberikan tanah untuk membangun Kapel yang pertama kali. Peristiwa kasih ini terus berlanjut sampai saat ini. Keluarga Bapak Alfonsus Jumari juga bermurah hati untuk memberikan sebidang tanah yang berada di samping Kapel untuk kemajuan pelayanan Gereja. Kasih itu tidak hanya datang dari umat dan masyarakat sekitar. Kasih juga diberikan oleh para donatur yang sudah bermurah hati untuk memberikan materi maupun pemikiran dalam pembangunan “Sasana Kabudayan Katresnan Adi”.

Dalam akhir khotbahnya, Romo Agung berpesan bahwa kerukunan adalah milik bersama, tidak pernah memandang apapun, jadikan “Sasana Kabudayan Katresnan Adi” sebagai sarana pemersatu untuk umat dan masyarakat Gemuh Singkalan dan selalu bersyukur untuk segala macam peristiwa kasih yang terjadi di dalam hidup. SD.

FOTO & VIDEO KEGIATAN (foto &video pakai hp jelek oleh Sita, Agus, Pak Yayang)

Perayaan Ekaristi peresmian “Sasana Kabudayan Katresnan Adi”

Pemberian penghargaan kepada para donatur

Pemberkatan bangunan dan gedung baru 

Pemotongan pita 

Sambutan oleh para tokoh

 

Doa dan pemotongan tumpeng

Bangunan “Sasana Kabudayan Katresnan Adi”

Drumband SMPK Argokiloso Sukorejo

Paguyuban Seni Tari Kuda Lumping Rukun Santoso

 

Pilangsari: Perayaan Syukur Panen Hasil Bumi 2018

IMG-20180711-WA0148
Persembahan hasil bumi sebagai wujud syukur.

PILANGSARI- “Bersyukur dengan membangun peradaban cinta”, mungkin semboyan itu yang pantas dilekatkan kepada umat St. Yusuf Pilangsari. Dalam segala kesederhanaannya, mereka berusaha bersyukur atas hasil panenan yang telah diterimanya. Bersama dengan seluruh umat dan warga masyarakat Dusun Pilangsari mereka mengadakan Perayaan Syukur Panen Hasil Bumi untuk yang pertama kalinya pada hari Rabu, 11 Juli 2018.

Sebagai umat yang beriman kepada Kristus, mereka mengawali segala rasa syukur dengan mengadakan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi ini dipimpin oleh Rm. Paulus Agung Wijayanto, SJ dan Rm. Thomas Septi Widhiyudana, SJ, serta dihadiri oleh Frater Beni dari Keuskupan Tanjung Selor yang sedang belajar hidup bersama warga Pilangsari selama 3 hari.

Perayaan Ekaristi yang dipahami sebagai “atur panuwun” oleh umat Pilangsari ini dihadiri oleh seluruh umat beserta para tamu undangan yang berasal dari umat lingkungan sekitar (Ngampel, Gemuh, Krandegan, Sukorejo) dan juga Dewan Paroki St. Isidorus Sukorejo.

Dalam khotbahnya Romo Agung mengingatkan bahwa apa yang kita syukuri dan terima ini merupakan pemberian dari Tuhan sendiri, selanjutnya beliau menekankan akan pentingnya beryukur dalam segala hal, dan berharap tradisi syukur hasil panen ini bisa dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya dan oleh lingkungan lain.

Romo Agung mengajak kita sebagai puta-putri Allah yang dicintai dan dipercaya untuk bekerja bersama dengan Allah sendiri, serta terlibat untuk membagikan kemurahan Allah untuk sesama.

Hal lain  yang pantas disyukuri adalah St. Isidorus sebagai pelindung Paroki merupakan seorang petani, sekali lagi Romo Agung mengajak untuk juga memohon berkat dan lindungan melalui Litani St Isidorus  sebagai pelindung Paroki.

“Dengan bersyukur bersama semua orang lintas batas, kita mau membangun tradisi peradaban kasih di masyarakat”

 

Kesenian Kuda Lumping “Turonggo Jati” Dusun Pilangsari

Warga masyarakat Dusun Pilangsari ikut berbahagia dan bersyukur dengan menggelar Kesenian Kuda Lumping yang dimainkan oleh anak-anak serta para pemuda dusun Pilangsari. Tidak ada lagi perbedaan yang terlihat, semua berbaur menjadi satu keluarga, sama seperti tujuan awal didirikan Kapel St. Yusuf. Kapel St. Yusuf diharapkan bisa menjadi tempat berkumpul dan membangun suatu komunitas serta keluarga bagi warga masyarakat Dusun Pilangsari. Warga terlihat bahagia dan menikmati seluruh pertunjukkan hingga malam hari. (SD)

 

Galeri Foto 

Perayaan Ekaristi

 

Ramah Tamah

 

Kesenian Kuda Lumping Turonggo Jati

 

Video

Perayaan Ekaristi

Kesenian Kuda Lumping Turonggo Jati 

 

Dibuang Sayang,,,,

IMG_20180711_122540

 

(foto &video pakai HP jelek oleh: sita, agus, pak yayang)

 

 

 

 

Hari Minggu Panggilan & Perayaan Hari Kartini

Hari Minggu Panggilan

Tiga suster, dua Romo, serta satu Uskup tampak masuk kedalam Gereja Katolik St. Isidorus Sukorejo pada hari Minggu, 22 April 2018. Ke-enam biarawan dan biarawati tersebut mengikuti perarakan masuk dibelakang misdinar. Mereka adalah anak-anak PIA di Gereja Katolik St. Isidorus yang memakai kostum layaknya seorang biarawan dan biarawati. Senyum, dan perasaan bangga menjadi seorang biarawan dan biarawati sangat tampak terlihat pada wajah mereka, meskipun salah satunya menjawab “tidak” saat Rm. Thomas Septi Widhiyudana, SJ, menanyakan apakah berkeinginan untuk menjadi seorang Romo saat besar nanti.

Semangat dari ke-enam anak ini disambut dengan sharing pengalaman panggilan oleh Sr. Maria Asumta, SND. Suster Asumta menceritakan suka duka selama hidup membiara, dan berharap ada generasi muda yang bisa menggantikan beliau kelak.

Perayaan Hari Kartini

Gereja mencoba untuk memberikan penghargaan dan perhatian kepada para wanita di Paroki St. Isidorus Sukorejo. Berbeda dengan Perayaan Ekaristi biasanya, hari ini Gereja dipadati oleh umat yang mengenakan baju adat nasional. Para laki-laki menunjukkan semangat untuk melayani dengan menjadi petugas liturgi pada Perayaan Ekaristi kali ini.

Seusai Perayaan Ekaristi dilaksanakan lomba kostum (keluwesan) di aula Gereja. Lomba ini diikuti oleh para wanita yang telah mengenakan pakaian adat nasional. Selain lomba, juga dibagikan beberapa doorprize dari sumbangan umat. SD (foto dari berbagai sumber).

Rm. Thomas Septi Widhiyudana, SJ: merayakan 40 tahun pesta pernikahan orangtuanya

Rumah sederhana di ujung gang di Desa Ngotet, Rembang, sudah mulai dipadati oleh umat lingkungan sejak sore hari. Jumat, 6 April 2018, keluarga besar Rm. Thomas, memang sengaja berkumpul, untuk merayakan 40 tahun pesta pernikahan Bapak Fransiskus Xaverius Sunardi dan Ibu Maria Florentina Wasiyatni.

Menurut Bapak Sunardi, beliau bisa menjalani 40 tahun kehidupan keluarga karena semua didasarkan oleh cinta. Kehangatan keluarga Bapak dan Ibu Sunardi sangat nampak dengan kehadiran ke-4 putranya pada hari itu. Cinta dalam keluarga itu juga terwujud dengan dipersembahkan putra sulung -Rm. Alfonsus Widhiwiryawan, SX- dan putra bungsu -Rm. Thomas Septi Widhiyudana, SJ- kepada Tuhan sebagai imam.

Perayaan Ekaristi pesta pernikahan sangat meriah karena dipimpin oleh 3 Romo: Rm. Paulus Agung Wijayanto, SJ; Rm. Alfonsus Widhiwiryawan, SX; Rm. Thomas Septi Widhiyudana, SJ. Di dalam perayaan ekaristi malam itu juga dilakukan pembaharuan janji perkawinan bagi umat yang datang, serta pemberkatan benda-benda rohani. SD. (sumber foto:pak yayang)


 

 

Perarakan Minggu Palma 2018, Gereja Katolik St. Isidorus Sukorejo

Sudah menjadi tradisi kira-kira 3 tahun belakangan ini, di Paroki St. Isidorus Sukorejo untuk mengadakan perarakan Minggu Palma. Jarak yang ditempuh memang tidaklah jauh, kira-kira 500 m. Perarakan diawali dari halaman SD Kanisius Sanjaya dan berakhir di Gereja Paroki.

Perarakan Minggu Palma tahun 2018 ini dipimpin oleh Rm. Paulus Agung Wijayanto, SJ. Antusias masyarakat sekitar tidak kalah dengan semangat umat Paroki St. Isidorus Sukorejo yang mengikuti perarakan. Mereka menunggu di sepanjang jalan untuk menyaksikan perarakan. sd.

Jalan Salib Alam, OMK Paroki St. Antonius Padua Kendal

Dua kendaraan asing, berupa 1 truk Polisi dan 1 truk Satpol PP tampak menyusuri hutan karet menuju desa Gebangan pada Sabtu pagi (17 Maret 2018). Cuaca mendung pagi hari itu tidak menyurutkan semangat beberapa pengurus lingkungan Gebangan untuk menyambut tamu mereka. Rombongan OMK Paroki St. Antonius Padua Kendal memang sengaja datang dengan menumpang 2 mobil asing tersebut.

Setelah melakukan segala persiapan dalam beberapa bulan belakangan, akhirnya terpilih hari Sabtu bertepatan dengan libur hari raya Nyepi untuk berkunjung ke desa Gebangan dan melaksanakan Jalan Salib Alam.

Jalan Salib Alam

Jiwa para kader muda Gereja Katolik Paroki St. Antonius Padua Kendal yang masih penuh dengan semangat ini, berkeinginan untuk mengembangkan diri dalam hidup rohaninya dengan melakukan Jalan Salib Alam di desa Gebangan. Dengan pendampingan beberapa tokoh umat Kendal serta dua Romo, yaitu Rm. Yohanes Sunaryadi, Pr dan Rm. Alexander Joko P, Pr, mereka berjalan kaki dari Kapel St. Paulus Gebangan menuju ke bukit cinta, sebagi titik puncak.

Bukan sekedar melaksanakan Jalan Salib sebagai sebuah ritual, para kader muda ini menggagas sebuah Jalan Salib di Alam, dengan menyusuri jalan-jalan setapak, bahkan tidak jarang mereka dapati medan yang susah dilalui. Terlihat sekali kekompakkan di antara mereka untuk bisa melalui jalan-jalan yang susah.

Terdapat 7 pos perhentian sepanjang jalan yang mereka lalui, selain membaca doa dan renungan jalan salib, di dalam pos-pos ini mereka akan melakukan Simulasi Rohani. Simulasi rohani demikian mereka menyebutnya, diberikan oleh para pendamping dengan tema sesuai dengan peristiwa sengsara Yesus. Di dalam simulasi rohani, kira-kira 40 orang peserta yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok ini diajak untuk merenungkan dan memaknai setiap peristiwa dalam kehidupan, termasuk mencintai alam, mensyukuri kehidupan, bahkan juga diajarkan untuk menumbuhkan semangat nasionalis dalam diri peserta.

Pada akhir perjalanan, yaitu di bukit cinta, yang menjadi puncak perjalanan, mereka menanam pohon yang sudah dipersiapkan dan dibawa sepanjang perjalanan. SD.

“Tetap semangat dan setia dalam pelayanan untuk kemajuan Gereja, OMK generasi penerus Gereja” . SD.

Medan yang sulit bukan menjadi penghalang untuk tetap setia melayani dan memperjuangkan kemajuan Gereja.

Kerjasama kelompok untuk bisa mencapai tujuan, saling membantu dan melengkapi.

Renungan dan doa pada pos perhentian 2.

Kelompok diajarkan untuk bisa saling percaya yang membantu, pemimpin harus bisa mengarahkan seluruh anggotanya.

Rm. Alexander Joko P, Pr beserta Rm. Yohanes Sunaryadi, Pr, yang setia mendampingi para muda.

Romo Sun, demikian para umat memanggilnya, Romo Sun juga setia mengikuti perjalanan dan mendampingi para penerus Gereja ini.

Dalam perjalanannya, anak-anak muda ini memunguti sampah yang dijumpai, sebagai wujud kepedulian kepada Alam.

Simulasi Rohani berupa renungan yang diberikan oleh pendamping, Bapak Horeg.

Renungan dan doa pada pos perhentian 1.

Pendamping beserta umat Lingkungan Gebangan menunggu peserta di puncak bukit cinta.

“Kuasa Pengampunan”

Hujan sejak sore hari tidak menghalangi niat umat Paroki St. Isidorus Sukorejo untuk datang, berkumpul, dan menyembah dalam Persekutuan Doa Keluarga Sejati Katolik Sukorejo. Aula Gereja sore itu tidak hanya dipadati oleh umat dari Sukorejo, tetapi juga semangat yang tinggi dibawa oleh rombongan umat dari Lingkungan Gebangan. Tidak mau kalah, team CFM (Catholic Family Ministry) Semarang juga sudah mempersiapkan diri, bahkan sebelum para peserta datang. Semangat pelayanan yang tinggi yang membawa mereka datang jauh dari Semarang.

“Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Mat 18:22

Kuasa Pengampunan, tema yang dibawakan oleh Bapak Freedy Koeswoyo dari Semarang sebagai pembawa Firman dalam PD hari Jumat, 16 Maret 2018. Mengampuni bukan hal yang mudah, perlu waktu dan kebesaran hati untuk melakukannya. Cuplikan film The Passion of The Christ, semakin membawa peserta kepada kesadaran bahwa Yesus bisa mengampuni orang-orang yang sudah membawanya kepada Via Dolorosa. Terkadang kita masih berat untuk bisa mengampuni, atau mau mengampuni dengan syarat. Tetapi lebih dari itu, Yesus juga mengajarkan untuk bisa juga memberkati orang yang menganiyaya kita (Rom 12:14-21).

Sebagai penutup, Bapak Freedy memberikan sharing tentang pengalaman pribadi beliau dalam mengampuni saudara yang sudah mengecewakannya. Lagu “sentuh hatiku” dinyanyikan sebagi penutup Firman, lagu yang tercipta karena pengalaman mengampuni ini, diharapkan bisa mengajarkan semua orang untuk juga bisa mengampuni.

Seakan tidak ingin meninggalkan suasana kebersamaan, setelah acara selesai, anak-anak Asrama Manik Hargo bersama dengan team CFM masih menikmati kebersamaan dengan berjoget bersama. (sd).