Doa Mohon Campur tangan Allah untuk terbebas dari pandemi Covid-19

Allah Bapa Pemelihara kehidupan, kami bersyukur atas penyertaan-Mu dalam hidup kami.

Lindungilah dan peliharalah kami agar segera terbebas dari wabah virus Corona.

Anugerahkanlah kesembuhan bagi semua yang terjangkit,

berilah istirahat yang kekal kepada mereka yang berpulang dalam damai-Mu.

Bantulah para tenaga medis (para dokter dan perawat), para tenaga non-medis, para relawan dan para saudara yang merawat pasien, serta para peneliti bidang kesehatan/vaksin, agar mereka tabah dan tegar dalam upaya mereka membantu sesama.

Jagalah mereka dan seluruh sanak keluarganya, agar tetap sehat dan aman sentausa.

Tuntunlah para pemimpin bangsa dan agama, agar mampu mengambil langkah-langkah yang bijaksana dan efektif dalam menangani wabah virus corona dan dampak-dampaknya.

Semoga mereka mampu melibatkan seluruh bangsa untuk bersatu padu meningkatkan kepedulian dan solidaritas, serta mengambil sikap yang tepat.

Ini semua kami mohon dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan mengasihi kami, kini dan selamanya. Amin.

Santa Maria, Bunda Penolong Abadi, doakanlah kami

Santo Yosep, Pelindung Gereja, doakanlah kami

Malaikat Agung Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, doakanlah kami

Santo Sebastianus, doakanlah kami

Santo Rochus, doakanlah kami

Santo Carolus Borromeus, doakanlah kami

Santo Antonius Agung, doakanlah kami

Santo Quirinus, doakanlah kami

Santo Edmundus, doakanlah kami

Santo Damianus, doakanlah kami

Santa Dymphna, doakanlah kami

Santo Eustakius, doakanlah kami

Santa Corona dan Santo Viktor, doakanlah kami

Para kudus Allah, pelindung dari wabah dan penyakit, doakanlah kami. Amin.

 

Sumber:

SURAT EDARAN
GUGUS TUGAS PENANGANAN DAMPAK COVID-19 KAS
Nomor: 0490/A/X/2020-27

Tentang:

PANDUAN PERAYAAN LITURGI DAN PERIBADATAN
SERTA KEGIATAN PASTORAL LAINNYA
DALAM KONDISI “NEW NORMAL”

Masih suka belajar menulis;

masih juga suka ambil foto & video pakai HP jelek.

Sepasang Kupu-kupu

-Cerita Kecil-

Ketika aku berjalan di sawah, kulihat sepasang kupu-kupu terbang berkejaran. Tak berapa lama kemudian, mereka hinggap di sebuah dahan rumput liar. Aku bertanya dalam hati, “Apa gerangan yang menjadi percakapan mereka?” tidak ada suara. Keduanya diam. Hanya berkomunikasi dengan sayapnya. Satu membuka, mengepakkan sayap, lalu yang lain menjawab dengan membuka dan mengepakkan sayap juga. Apa gerangan yang dibicarakannya? Entahlah, aku bukan kupu-kupu. Tetapi rasa ingin tahuku menggerakkan tanyaku.

Aku lalu pandang mereka dalam diam. Hening menyelimuti persawahan di pagi ini. Hanya suara belalang yang kadang terdengar di semak-semak sekitarnya. Itu pun tak mengganggu sepasang kupu-kupu yang sedang asyik dalam diam.

Kupu-kupu yang terbang kesana kemari hanya mencari tempat perhinggapan yang nyaman. Atau mungkin, kupu-kupu yang terbang “ngalor ngidul, ngetan bali ngulon” (ke utara selatan, ke timur lalu ke barat) hanya sekedar memikat yang lain, agar bisa bersama hingga di bunga yang berdekatan sekedar menghisap madunya.

Pemandangan alam yang biasa itu indah di mata yang menangkapnya. Namun, bisa jadi kupu-kupu dianggap mengganggu juga bila hati tidak siap.

Ketika kupu-kupu masuk kamar, ada sebagian masyarakat yang mempercayai sebagai medium kehadiran saudara yang sudah meninggal. Maka, kadang kupu-kupu disambut hangat bagaikan tamu. Disapa sebagai saudara yang datang.

Bagi anak-anak, bermain dengan kupu-kupu itu menyenangkan. Karena ramahnya, anak-anak yang masih polos ingin menangkapnya. Kata-katanya dalam bahasa Jawa untuk menangkap kupu-kupu itu “incup” seperti dalam tembang anak-anak: “Kupu-kupu tak incupe, mung abure ngewuhake..(kupu-kupu kan kutangkap, namun terbangnya merepotkan)..” sebuah ungkapan keramahan dan sayang.

Namun, sesuatu yang indah dan menawan dari kupu-kupu juga menjadi lambang sesuatu yang malang. Istilah “kupu-kupu malam” memberi arti malang dan buruknya keindahan yang sekedar dinikmati sekejap dalam kegelapan dan keremangan. Bukankah keindahan nyata dalam terang? Segelap-gelapnya alam, apalah artinya tanpa secercah cahaya.

Sepasang kupu-kupu itu masih diam. Lalu kutinggal pergi seraya membawa gambaran indah. Intimitas yang makin dalam direguk dalam diam, bukan hiruk pikuk dunia yang kelam.

Aku kembali dalam diam sambil menikmati mandi mentari yang menghangatkan tubuh, dan membuat kulit semakin kelam.

Salam sehat
eMYe

-ditulis oleh eMYe-

Masih suka belajar menulis;

masih juga suka ambil foto & video pakai HP jelek.